Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda terhadap orangtuanya, nah disini saya punya pandangan yang baik dan boleh dikatakan sangat sempurna seorang ayah di mataku. Saya pernah berpikir bahwa pendidikan seseorang sangatlah mutlak menentukan jati diri seseorang, tapi hal itu terpatahkan oleh sosok ayah saya yang baik hati. Ayah saya lahir 7 Mei 1965 di kota Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara. Lahir dari keluarga yang serba kekurangan bukanlah pilihan, tapi adalah takdir. Ayah merupakan anak ke 2 dari 6 bersaudara. Semasa hidup di kota kelahiran tidaklah pernah menduduki sekolah dan yang ada di pikiran oleh ayah dan saudaranya adalah untuk terus berkerja agar bisa hidup saja sudah syukur. Bekerja sebagai petani bukanlah hal yang mudah, dan itulah yang dialami oleh sosok ayahku. Setelah berumur kira-kira 10 tahun ayah ikut dalam rombongan penjual barang kelontong menuju Laguboti, Kabupaten Toba Samosir dan disana bekerja sebagai kuli yang bertugas membantu untuk menjual barang-barang kelontong. Memang umur yang sangat belia tidak membatasi semangat kerja dan hidup dari ayahku, itulah yang bisa saya dapat, disekolahkan di sekolah petang beberapa tahun oleh sang majikan merupakan hal yang sangat besar bagi ayahku. Membaca dan berhitung adalah modal utama untuk berkerja pada majikan. Setelah sekian lama membantu sang majikan berjualan di berbagai tempat yang lokasinya tidaklah menetap membuat ayah letih, tapi ayah bukanlah orang yang gampang putus asa.
Setelah dewasa ayah mencoba berkaris sendiri di dunia kelontong dengan modal dari sang majikan membuat ayah menjadi seseorang yang mandiri dan pada saat itu ayah tidaklah tinggal di rumah sang majikan, tetapi sudah mengontrak sendiri. Berkarir sendiri dari hasil jeri payah selama itu tidaklah membut hubungan antara majikan dan ayak menjadi renggang. Ayah selalu meminta petunjuk dan bimbingan untuk lebih baik lagi.
Setelah usaha ayah mulai berkembang, ayah berencana untuk mengumpulkan uang untuk masa depan yaitu membentuk sebuah keluarga. Pada umur 25 tahun ayah menikah dengan sang ibu tercinta yang notabandnya ibu berasal dari keluarga mampu dan memiliki pendidikan lebih tinggi yaitu tamatan SMA.
Hidup bahagia dan pada tahun 1992 saya lahir, dan konsentrasi mendidik anak dari kedua orangtuaku begitu terasa hingga sekarang, dan saya memiliki 3 orang adik. Pendidikan ayah memang tidak setinggi pendidikan ibuku, tapi perhatian dan kasih sayang dari ayahku lebih besar dan lebih tahu cara mendidik kami anaknya. Sosok ayah yang sangan disiplin dan selalu mengajarkan kami tentang kebaikan, dan selalu memberi motivasi kepadaku hingga sekarang. Ayah yang memiliki sifat yang baik, disiplin dan humoris membuat kami dan saya selalu senang kala ayah bercerita. Saya sangatlah bangga punya ayah seperti ini, yang selalu memperhatikan hal-hal kecil sekalipun dari mulai menginjak sekolah yang selalu memperhatikan penampilan dari ujung kaki hingga ujung rambut serta selalu menanyakan tetntang perkembangan saya dan adik-adik saya di sekolah. Terkadang saya ingin menangis jika mendengar kisah sosok ayah saya ini dan kesehariannya yang selalu banting tulang untuk mencari nafkah untuk kehidupan kami. Diwaktu itu saya selalu punya pikiran untuk membalas jasa dan membuat ayahku bangga kepadaku. Hal itu terbukti dengan saya sering mendapat juara kelas semasa SMP dan dilanjutkan SMA yang aktif dari mulai akademik hingga ekstrakulikuler. Semasa SMA saya lolos dalam seleksi pramuka sebagai utusan dari kabupaten menuju jakarta merupakan hal yang sangat membanggakan untuk keluargaku. Ayahku menunjukkan rasa gembira terpancar di wajahnya. Selanjutnya saya pada waktu kelas 2 SMA saya mendapat juara tennis meja tunggal putra yang mewujudkan impianku untuk memiliki sebuah komputer, dibantu dengan uang tabunganku dan tabungan ketiga adik-adikku menjadi kebanggaan tersendiri untuk ayah dan ibuku karena kami anaknya bisa mewujudkan impian bersama kami tanpa bantuan materi dari orangtua.
Memiliki sebuah komputer masa itu di tempat saya merupakan sebuah kebanggaan tersendiri, karena hanya beberapa orang saja yang memiliki komputer.Dengan komputer ini, saya sangatlah merasa terbantu, baik dari segi belajar dan menambah uang jajan yang diberikan sangatlah tidak cukup.
Setelah memiliki komputer itu aku dan adik-adikku dengan gampangnya mewujudkan impian masing-masing yaitu untuk memiliki handphone sendiri.
Bangga yang luar biasa selalu diperlihatkan oleh kedua orangtuaku hingga sekarang.Setelah aku lulus SMA, aku berkeinginan kuliah di Jakarta. Dan terpilihnya UNIVERSITAS GUNADARMA sebagai tempat aku menimba ilmu teknik informatika menjadi hal yang membanggakan. Menghabiskan puluhan juta untuk kuliah di jakarta tidaklah membuat ayaku lelah mencari uang untuk mencukupi dari segi nafkah di rumah dan untuk aku sendiri di jakarta.
Di saat aku terpuruk oleh berbagai masalah, ayahku adalah penyelamatku dan penyemangatku. Walaupun tidak tamat sekolah dasar sekalipun tapi ayah mampu memberiku motivasi layaknya seorang motivator ternama.Aku selalu berkata di dalam hatiku ayahku kebanggaanku dan ayahku hidupku.
Pesan saya untuk para pembaca, janganlah pernah menilai seseorang sebelum anda menilai diri anda sendiri. Berkacalah lihatlah masalalu-Mu, perbaiki di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar