Sabtu, 22 Juni 2013

PELAJARAN BERHARGA DARI SI PEMULUNG


       Melihat pemulung pada jaman sekarang ini bukanlah hal yang sulit ditemukan. Di kota besar seperti Jakarta, di berbagai sudut kota jakarta setiap harinya dapat kita temukan. Pemulung pada dasarnya memang bukanlah cita-cita yang diinginkan oleh siapapun, tetapi ada beberapa faktor seperti pendidikan yang membuat seseorang harus memilih menjadi pemulung untuk kelangsungan hidupnya seperti di kota besar ini. Tidak semua pemulung hanya mencari yang dapat dijual, seperti kisah yang saya perhatikan pada lingkungan saya tepatnya di Kelapa Dua, Depok, Propinsi Jawa Barat. Saya tinggal di salah satu wisma di belakang kampus Universitas Gunadarma, dan setiap pagi tepatnya jam 6, saya selalu melihat seorang pemulung yang sedang memindahkan sampah-sampah ke sebuah karung yang telah disiapkannya dari rumah. Dan saya mulai berpikir bukankah tidak semua sampah itu bisa dijual? Dan pertanyaan saya pada saat itu terjawab, saya mengikuti si pemululng hingga beliau menuju tempat pembuangan akhir di lingkungan saya, dan alhasil ternyata disanalah si pemulung memilah-milah sampah yang bisa dijual dan dibuang. Oleh karena itu saya merasa terharu melihat semangat seorang bapak pemulung yang benar-benar tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi juga lingkungan sekitar tempat beliau mencari nafkah. Semangat kerja yang ditunjukkan oleh si pemulung menjadi pelajaran berharga untuk saya untuk tetap bersyukur menjadi seperti keadaan sekarang yang tidak sampai sesulit yang dialami oleh si pemulung mencari nafkah untuk sesuap nasi. Ketulusan dan keuletan dalam menjalankan profesi harusnya menjadi kebahagiaan yang patut selalu kita syukuri karena pada hakikatnya di dunia ini tidak semua orang memiliki nasib seberuntung kita dan hal itulah juga yang menjadikan saya untuk tetap belajar dari lingkungan tanpa memandang status sosial maupun ekonomi.

Tidak ada komentar: